Thursday, October 18, 2012

TEKNIK TAKTIS WAWANCARA



I.  PENDAHULUAN

    Wawancara  (interview) merupakan salah satu pengumpulan data dengan cara bertanya jawab langsung berhadap-hadapan dengan responden. Cara ini merupakan alat yang baik untuk meneliti pendapat, keyakinan, motivasi, perasaan dan proyeksi seseorang tentang masa depannya.

    Wawancara mempunyai kemampuan yang cukup besar untuk menggali masa lalu seseorang serta rahasia-rahasia hidupnya. Kecuali itu ia juga dapat digunakan untuk menangkap aksi-aksi orang, dalam bentuk ekspresi dalam pembicaraan-pembicaraan sewaktu tanya jawab sedang berjalan. karena itu, di tangan seseorang pewawancara yang mahir, wawancara akan merupakan alat pengumpul data yang sekaligus dapat mencek dan merecek ketelitian dan kemantapannya. Keterangan-keterangan verbal dicek dengan ekspresi-ekspresi muka serta gerak-gerik, sedang ekspresi dan gerak-gerik dicetak dengan pertanyaan verbal.

    Seajalan dengan pentingnya wawancara didalam melakukan penelitian, peranan pewawancarapun sangat penting. Meskipun daftar pertanyaan telah dibuat dengan sempurna oleh para peneliti, namun tetap kuncinya terletak pada para pewawancara. Kesuksesan pengumpulan data sangat tergantung pada mereka, mengingat hal-hal sebagai berikut :

a. dapatkah mereka menciptakan hubungan baik dengan responden sehingga
    wawancara dapat berjalan lancar ? ;         
b. dapatkah mereka menyampaikan semua pertanyaan dalam daftar pertanyaan
    kepada responden dengan baik dan tepat.
c. dapatkah mereka mencatat semua jawaban lisan dari responden dengan teliti
    dan jelas maksudnya ? ;  dan
d. apabila jawaban responden tidak jelas, dapatkah mereka menggali tambahan   
     informasi dengan menyampaikan pertanyaan yang tepat dan netral ?.
Harus disadari bahwa tujuan wawancara adalah untuk mengumpulkan     informasi, bukan untuk mempengaruhi  (mengubah) pendapat responden.
Wawancara berbeda dengan percakapan sehari-hari perbedaan tersebut menyangkut  :

a. pewawancara dan responden saling mengenal ;
b. pewancara adalah pihak yang bertanya terus menerus, sedang responden 
    pihak yang selalu menjawab pertanyaan tersebut ;  dan
c. ada urutan-urutan pertanyaan yang harus dinyatakan
    Oleh karena perbedaan tersebut diatas, maka pewawancara harus :

a.    dapat menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga responden merasa aman dan berkeinginan untuk memberikan informasi yang sebenarnya;
b.    netral, tidak bereaksi terhadap jawaban responden apapun yang dikatakannya. Namun demikian menunjukkan perhatian itu perlu dan dianjurkan, yaitu dengan menganggukkan kepala ataupun ucapan “O, ya”; dan
c.    sanggup terus-menerus menarik perhatian responden, selama wawancara berjalan.
Langkah pertama dalam proses wawancara ialah membina hubungan baik dan akrab dengan responden dan menjadikan responden bersikap kooperatif. Mendekati responden dan membina hubungan baik dengan melaksanakan wawancara tidaklah mudah. Apabila di lihat secara sepintas, menemui seseorang untuk menanyakan tentang berbagai topik nampaknya tidak sulit. Dalam kenyataanya komunikasi itu tidak sederhana.Komunikasi didalam wawancara sangat rumit, karena disini berinteraksi dua kepribadian yaitu pewawancara dan responden. Kesan pertama dari penampilan pewawancara sangatlah penting untuk menciptakan kerjasama terutama yang pertama diucapkan dan dilakukan oleh pewawancara kepada pihak responden. Berdasarkan berbagai pengalaman sering terjadi responden lebih mengingat tentang pewawancara dan cara dia mewawancarai dari pada isi wawancara. Karena itu segala usaha utuk bisa mendapatkan sambutan simpatik dan sikap kooperatif dari responden sebaiknya di latih dan di pahami dengan seksama. Dalam melaksankan tugaas wawancara, pewawancara harus selalu sadar bahwa dialah pihak yang memerlukan dan bukan sebaliknya.

Pedoman untuk mencapai tujuan wawancara dengan baik ialah :
a.  Berpakain rapi ;
b.  Sikap rendah hati ;
c.  Sikap hormat terhadap responden ;
d.  Ramah dalam kata-kata dan disertai air muka yang cerah tidak muram ;
e.  Bersikap seolah-olah tiap responden yang kita hadapi selalu ramah dan         
     menarik ; dan
f.   Sanggup menjadi pendengar yang baik.

Adanya hubungan baik dalam wawancara ditandai oleh :

a.  Apabila   responden   merasakan   kehangatan   dan  sikapyang simpatik      dari  pihak  pewawancara ;  dan
b.  Apabila   responden    merasa    bebas     mengutarakan    persaanya     atau  pandangannya.  

Dengan adanya suasana wawancara seperti ini, maka responden tidak hanya merasa bebas memberikan informasi tapi bahkan terangsang dan berkeinginan memberi informasi, tetapi bahkan terangsang atau berkeinginan untuk bicara.


II.   WAWANCARA BERSTRUKTUR DAN TAK BERSTRUKTUR

    Dalam wawancara berstruktur semua pertanyaan telah dirumuskan sebelumnya dengan cermat, biasanya secara tertulis. Pewawancara dapat menggunakan daftar pertanyaan itu sewaktu melakukan wawancara itu atau jika mungkin menghafalnya diluar kepalaagar percakapan menjadi lancar dan wajar. Jawaban atas pertanyaan itu juga di tentukan lebih dahulu secara pilihan berganda. Kepada responden dapat diberikan kartu yang berisi alternatif – alternatif jawaban bila jumlahnya cukup banyak yang tidak segera dapat ditangkap seluruhnya oleh responden. Dengan pertanyaan serta jawaban yang telah ditentukan itu, pengolahan data yang diperoleh lebih mudah dilakukan bila di bandingkan dengan wawancara yang tidak berstruktur.

    Dalam wawancara, pertanyaan yang sama diajukan menurut urutan yang sama kepada semua responden. Bila ada pertanyaan yang harus dijawab “ya”  atau “ tidak” yang mempunyai akibat bagi pertanyaaa berikutnya, disediakan dua pertanyaan, yang satu untuk responden yang menjawab “ya” dan sebuah lagi untukyang menjawab “tidak”.

    Wawancara bestruktur itu terikat, baik mengenai pertanyaan maupun jawaban. Selalu ada kemungkinan bahwa ada hal-hal yang penting yang tidak tercangkup dalam pertanyaan itu. Kelemahan serupa ini sebenarnya juga terdapat dalam alat pengumpulan data lainnya seperti dalam angket.  Itu sebabnya syarat untuk wawancara berstruktur  ialah penguasaan yang mendalam mengenai masalah yang di selidiki.

    Dalam wawancara dapat kita batasi lingkup masalah yang kita selidiki, antara lain karena pertimbangan waktu dan biaya, akan tetapi juga untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang aspek-aspek tertentu masalah itu  untuk itu peneliti dapat memusatkan perhatiannya kepada aspek- aspek itu.in sering dilakukan mengenai pengalaman yang sama yang dilalui oleh orang-orang tertentu, misalnya mereka yang kematian suami atau istri , mahasiswa yang menjalani KKN, orang yang mengalami peperangan, orang yang telah menonton film tertentu, dan sebagainya.  Wawancara di batasi scopenya akan tetapi pertanyaannya di perluas,sehingga diperoleh gambaran yang lebih tajam mengenai pariabel-pariabel yang terkandung didalamnya yang dapat melahirkan hipotesis.

    Wawancara berstruktur tidak membuka kebebasan bagi responden untuk berbicara sesuka hatinya. Jawaban responden terikat pada pertanyaan yang telah tersusun lebih dahulu. Makin halus struktur wawancara makin terbatas kebebasan responden. Ada bahayanya bahwa responden terpengaruh oleh jawaban yang telah tersedia yang telah dimasuki oleh bias dari peneliti.

    Akan tetapi wawancara berstruktur mempunyai sejumlah keuntungan antara lain :

a.    Tujuan wawancara lebih jelas dan terpusat pada hal-hal yang telah ditentukan lebihdahulu sehingga tidak ada bahaya bahwa percakapan menyeleweng dan menyimpang dari tujuan ;
b.    Jawaban –jawaban mudah di catat dan di beri kode ; dan karena itu
c.    Data itu lebih mudah di olah dan saling dibandingakan.

Dalam wawancara tak berstruktur  tidak  dipersiapkan  daftar  pertanyaan
Sebelumnya. Pewawancara hanya menghadapi suatu masalah secara umum, misalkan pendidikan seks. Ia boleh menanyakan apa saja yang dianggapnya perlu dalam situasi wawancara itu. Pertanyaan tidak di ajukan dalam urutan yang sama, bahakan pertanyaanya pun tak selalu sama. Namun ada baiknya bila pewawancara sebagai peganngan mencatat pokok-pokok penting yang akan di bicarakan sesuai dengan tujuan wawancara.
   
    Responden boleh menjawab secara bebas menurut isi hati atau pikirannya. Lama interview juga tidak ditentukan dan diakhiri menurut keinginan pewawancara.

    Keuntungan tanpa struktur ini ialah kebebasan yang menjiwainya, sehingga responden secara spontan dapat mengeluarkan segala sesuatu yang ingin di kemukakannya. Dengan demikian pewawancara memperoleh gambaran yang lebih luas tentang masalah itu karena setiap responden bebas meninjau berbagai aspek menurut pendiri  dan pikiran masing-masing dan dengan demikian dapat memperkaya pandangan peneliti.

    Namun wawncara bebas ini mengandung beberapa kelemahan data yang diperoleh secar bebas ini sukar diberi kode dan karena itu sukar diolah untuk saling diperbandingkan. Karena kesulitan itu maka peneliti membatasi kebebasan itu dengan mengadakan struktur dalam pertanyaan, sehingga data yang diperoleh  dapat disusun menurut sistematik tertentu.

    Sealain itu wawancara bebas tidak selalu mengungkapkan hal yang baru sehingga merupakan ulangan dari wawancara sebelumnya, yang berarti penhamburan waktu dan tenaga. Bila kita memilih responden secara cermat ada kemungkinan kita mengelakkan kelemahan wawancara itu.


III.  JAWABAN RESPONDEN

    Sering jawaban respondenkurang memuaskan karena bersifat masih terlalu umum, kurang spesifik, misalnya : “ Anak dapat membantu orang tua. “Membantu dalam hal apa ? Ini masih sangat luas kemungkinannya karena itu perlu di tanyakan lebih lanjut. Inilah yang disebut menggali informasi lebih dalam atau probing.

    “ Apa yang bapak maksud dengan membantu orang tua ? “ berbagai jawaban muncul : “ Anak dapat membantu keuangan “.
    “ Anak dapat membantu pekerjaan orang tua “.
    “ Anak dapat membantu memecahkan masalah keluarga “.
    Apabila jawaban responden kurang menyakinkan perlu ditambah pertanyaan tambahan. Pertanyaan ini sifatnya harus netral, tidak menjuruskan responden kepada suatu jawaban tertentu. Pertanyaan yang netral itu misalnya : “ Mohon dijelaskan lagi maksud bapak.”  “ Dalam hal apa ? “ Saya belum mengerti maksudnya, dapatkah bapak menerangkan sekali lagi ? “ Apakah dia meninggal sesudah atau sebelum ulang tahun pertama ? “.

    Beberapa contoh pertanyaan yang tidak bersifat netral tetapi mendorong responden kepada jawaban tertentu, misalnya : “ Apakah maksud bapak anak membantu orang itu dalm soal keuangan ? “ Dia meninggal sebelum umur satu tahun ? “

    Probing ini temasuk salah satu bagian yang paling sulit dalam wawancara. Peneliti sebaliknya teliti dalam menilai jawaban-jawaban hasil probing. Sangat baik untuk di anjurkan kepada pewawancara untuk selalu menuliskan kalimat pertanyaan mereka, disamping jawaban responden.

    Apabila responden menjawab pertanyaan dengan megatakan “tidak tahu” pewawancara perlu hati-hati. Sebaiknya pewawancara tidak lekas-lekas meninggalkan pertanyaan itu dan pindah ke pertanyaan lain. Jawaban “tidak tahu “perlu mendapat perhatian, sebab dibalik jawaban itu dapat mengandung arti bermacam-macam, diantaranya :

a.    Responden tidak begitu mengerti pertanyaan pewawancara itu untuk mengfhindarkan jawaban “ Tidak mengerti “, maka dia menjawab “ tidak tahu” ;
b.  Responden sebenarnya sedang berfikir, tetapi karena merasa kurang tenteramkalau membiarkan pewawancara menunggu lama, maka dia mengeluarkan jawaban “ tidak tahu “ ;
c.    Sering karena responden tidak ingin di ketahui pikirannya yang sesungguhnya karena dianggap terlalu pribadi, maka dia mengatakan “ tidak tahu “. Dapat juga terjadi kkarena responden ragu-ragu ataupun takut mengutarakan pendapatnya.; dan
d.    Responden memang betul-betultidak tahu.

Tentu saja apabila responden sungguh tidak tahu, jawaban itu dapat diterima. Namun adalah tugas pewawancara untuk mengamati responden dengan cermat. Benarkah responden tidak tahu, ataukah hal-hal dibalik pikirannya. Pewawancara seyogyanya menunggu sejenak, biarkan responden berfikir. Dapat juga pewawancara megulang pertanyaan sekali lagi atau menmbah pertanyaan untuk lebih yakin atas jawaban responden.


IV.  KEBAIKAN DAN KELEMAHAN WAWANCARA

    Secara umum dapat disebut berbagai kebaikan dan kelemahan metode   
           wawancara :


Kebaikan-kebaikannya :

a.    Merupakan salah satu metode yang terbaik untuk menilai keadaan pribadi ;
b.    Tidak dibatasi oleh tingkat umur dan tingakatan pendidikan subjek yang diselidiki ;
c.    Dalam riset social ia hampir-hampir tidak pernah dapat ditingkatkan isusunsebagai metode pelengkap ;
d.    Dengan unsure fleksibilitas / keluwesan yang di kandungnya iia cocok sekali utnu digunakan sebagai kriterium ( alat verifikasi ) terhadap data yang diperoleh dengan jalan observasi, kuesioner, dan lain-lain dan
e.    Dapat diselenggarakan sambil mengadakan observasi.

Kelemahan-kelemahannya :

a.    Tidak cukup efisien,memboroskan waktu, tenaga, dan biaya ;
b.  Tergantung kepada kesediaan,kemampuan dan keadaan yang momental dari interview, sehingga informasi tadak dapat diperoleh secara seteliti-telinya ;
c.  Jalan dan isi interview sangat mudah di pengaruhi oleh keadaan-keadaan sekitar yang memberikan tekanan-tekanan yang mengganggu ; dan
d.    Meminta interview  (yang mewancara ) benar-benar yang menguasai bahasa interview. Bagi orang yang masih “asing”  amat sulit menggunakan interview sebagai metode penyelidikan. (*)    

(Disusun oleh Para Mahasiswa FIKOM  JAYABAYA-JAKARTA)

No comments:

Post a Comment