Monday, December 31, 2012

Bahan UAS Komunikasi antar Pribadi dan Kelompok (KAP)

BAB IX
MACAM-MACAM TUGAS DAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK

9.1 MACAM-MACAM TUGAS
Task demand mencakup requirement atau persyaratan yang dituntut oleh kelompok. Misalnya, task demand dapat dianalogikan sebagai rencana pembuatan sebuah gedung yang mendeskripsikan tentanf struktur, material, dan sebagainya serta langkah-langkah yang diperlukan. Task demand menentukan resource yang dibutuhkan.
Resource mencakup segala kemampuan yang terkait, misalnya ketrampilan, alat-alat, dan sebagainya, pada anggota kelompok yang akan mengerjakan tugas. Distribution resource yang ada dalam kelompok merupakan hal penting pula dalam kaitannya dengan produktivitas kelompok.
Proses adalah langkah-langkah yang diambil oleh kelompok dalam menjalankan tugasnya. Langkah-langkah mencakup interpersonal serta ntrapersonal actions yang menyangkut, baik productive maupun nonproductive actions.
1.    Task Demands
a.    Sebagian tugas dapat dibagi-bagi atau dipecah-pecah, tetapi sebagian lain tidak dapat dibagi-bagi, sehingga tugas merupakan kesatuan. Misalnya adalah membangun gedung.
b.    Sebagian tugas menuntut hasil yang maksimal, namun sebagian lain menuntut hasil yang optimal, perumahan rakyat pada umumnya untuk mencapai hasil yang maksimal atau sebanyak-banyaknya, tetapi kualitas sering kurang diperhatikan.
c.    Tugas dapat berbeda-beda dan menuntut kontribusi anggota kelompok yang berbeda-beda pula.
9.2 PERFORMA KELOMPOK DALAM UNITARY TASK
Dalam hal ini, produktivitas kelompok tergantung pada task demands produktivitas kelompok tergantung pada task demands, group members resources, dan group process. Apabila ketiganya bervariasi, maka hasilnya akan bervariasi pula. Menurut Steiner, group resources dapat ditentukan dengan mengidentifikasi individual resources.


9.3 PERFORMA KELOMPOK DALAM DIVISIBLE TASK
Divisible task merupakan tugas yang lebih kompleks daripada unitary task. Apabila tugas dapat dibagi-bagi dalam subtugas, maka tugas-tugas dapat dihadapi oleh orang-orang yang berbeda dari anggota kelompok atau oleh anggota subkelompok. Apabila individu disesuaikan dengan subtugas, maka tugas keseluruhan lalu menjadi tugas yang aditif dan hasil final merupakan kombinasi hasil individu atau output subkelompok. Dalam hal ini, prediksi mengenai group productivity sama dengan unitary additive task. Agar output keseluruhan benar, maka kita dapat menuntut agar masing-masing subkelompok mengerjakan tugasnya dengan benar. Untuk tugas seperti demikian, prediksi produktivitas kelompok sama dengan conjunctive unitary task.

BAB X
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK

10.1 PENGANTAR
Pengambilan keputusan dapat ditentukan tidak hanya oleh seseorang, tetapi juga dapat ditentukan oleh kelompok. Pada umumnya, keputusam yang diambil oleh seseorang akan berbeda dengan keputusan yang diambil oleh kelompok.

10.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERTINGGI EFEKTIVITAS PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH KELOMPOK
Heywood memberikan gambaran bahwa pemikiran banyak orang akan lebih baik daripada hanya seorang. Namun, pendapat di atas bukan berarti tidak ada faktor-faktor yang dapat menghambat maupun mendukung keputusan yang diambil secara bersama atau berkelompok.
1.    interdependensi Positif
Artinya, para anggota saling bergantung satu dengan yang lain secara positif.
2.    Individual Accountability
Ada tanggungjawab individu. Artinyam tiap anggota dalam kelompok mempunyai andil tanggung jawab terhadap kesuksesan kelompok.
3.    Promotive Interaction
Promotive interaction dapat diartikan bahwa masing-masing anggota saling mendorong dan saling memberikan kesempatan usaha satu dengan yang lain dalam rangka menyelesaikan tugas ataupun dalam rangka pencapaian tujuan kelompok.
4.    Socially Skilled Group Members
Apabila kelompok tidak mempunyai social skill untuk berinteraksi secara efektif, maka kelompok tidak akan produktif.
5.    Group Processing
Kualitas pengambilan keputusan kelompok akan efektif apabila anggota kelompk secara teratur mendiskusikan bagaimana supaya anggota efektif dalam bekerja sama dan keterampilan apa yang diperlukan untuk meningkatkan fungsi kelompok di waktu yang akan datang.


10.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK
Kelompok telah memberikan gambaran bahwa keputusan yang diambil secara kelompok lebih baik daripada yang diambil secara individu, tetapi ada keadaan bahwa pengambilan keputusan secara kelompok tidak efektif. Berikut adalah beberapa faktor yang menghambat pengambilan keputusan kelompok.
1.    Lack of Group Maturity
Anggota kelompok membutuhkan waktu untuk saling bekerja satu dengan yang lain.
2.    Uncritically Giving One’s Dominant Responses
Jika ada sikap yang tidak kritis dan mudah memberikan respons atau dukungan pada pendapat yang dominan, maka pengambilan keputusan secara kelompok tidak efektif.
3.    Social Loafing
Sifat bermalas-malasan dari kelompok akan menjadi hambatan dalam pengambilan keputusan secara kelompok.
4.    Conflicting Goals of Group Members
Apabila dalam kelompok ada tujuan yang tidak sama di antara anggota kelompok, maka akan menjadi hambatan dalam mengambil keputusan secara kelompok.
5.    Failure to Communicate and Utilize Information
Tidak semua anggota kelompok berpartisipasi sama dalam kelompok dan tidak semua kontribusi diperhatikan dengan seksama oleh anggota kelompok.
6.    Egocentrism of Group Members (sifar egosentris anggota kelompok)
Apabila ada anggota yang egosentris, maka ia berpendapat hanya dirinyalah yang tepat dan anggota yang lain diminta agar dapat menerima pendapatnya.
7.    Lack of Sufficient Heterogenity
Kelompok akan produktif secara optimal, tergantung pada seberapa jauh informasi yang dibutuhkan, keterampilan, dan sudut pandang yang ada.
8.    Inappropriate Group Size
Sebagian pengambilan keputusan membutuhkan kelompok yang besar, namun dalam hal-hal tertentu membutuhkan anggota kelompok yang kecil.
9.    Lack of Sufficient Time
Salah satu kelebihan pengambilan keputusan oleh kelompok daripada keputusan individu adalah waktu yang cukup.

10.4 METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Pengambilan Keputusan oleh Otoritas Tanpa Diskusi Kelompok
2. Keputusan Diambil oleh Otoritas Setelah Mengadakan Diskusi Kelompok
3. Keputusan Diambil oleh Seorang Ahli(Expert)
4. Keputusan yang diambil dengan Rerata Pendapat Individu
5. Keputusan Diambil oleh Minoritas
6. Keputusan Diambil dengan Suara Terbanyak (Voting)
7. Keputusan Diambil dengan Konsensus (Kesepakatan Bersama)

BAB XI
SINTALITAS KELOMPOK

11.1 PENGERTIAN SINTALITAS
Teori sintalitas kelompok dikemukakan oleh Cattel dan merupakan pendekatansecara teoritis. Teori Cattel mengandung dua bagian yang berkaitan satu dengan lainnya (interrelated), yaitu satu bagian berkaitan dengan dimensi kelompok dan yang lain berkaitan dengan dinamika sintalitas.
Sifat-sifat populasi adalah sifat-sifat individu yang membentuk kelompok. Sifat-sifat pribadi independen dari kelompok dan akan dibawa ke kelompok apabila individu sebagai anggota kelompok.
Sintalitas didefinisikan sebagai kepribadian kelompok (the personality of the group) atau lebih tepat sebagai setiap efek yang dipunyai oleh kelompok secara total.
Sifat-sifat struktur internal adalah hubungan antaranggota kelompok dan sifat-sifat struktur yang dipantulkan dalam pola organisasi kelompok.
Hubungan antara ketiga panel adalah saling bergantung satu dengan yang lain (interdependency). Apabila kita telah mengetahui hukum-hukum dalam perilaku kelompok, maka akan dapat memprediksi salah satu panel apabila dua panel yang lain telah diketahui pula.

11.2 DINAMIKA SINTALITAS
Konsep pokok untuk menganalisis dinamika sintalitas adalah sinergi. Tiap individu bergabung dalam kelompok dengan tujuan memenuhi beberapa kebutuhan psikologis.
Aktivitas kelompok secara khusus ada dua macam, yaitu; (a) aktivitas untuk mempertahankan atau merawat kelompok. (b)aktivitas yang ditujukan untuk mencapai tujuan kelompok.
Cattel mengajukan tujuh teori dalam menganalisis dinamika sintalitas, yang sebgaian besar merupakan spesifikasi sifat-sifat sinergi.
1.    Kleompok dibentuk untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan individu dan akan bubar apabila sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu.
2.    Besar jumlah sinergi dalam kelompol merupakan resultan vektorial atau hasil sikap yang ada pada para anggota kelompok terhadap kelompok.
3.    Sinergi efektif dapat ditujukan untuk mencapai tujuan di luar kelompok, sehingga sinergi efektif dapat membentuk pola-pola reaksi kelompok.
4.    Tiap anggota kelompok dapat menggunakan kelompok untuk mendapatkan tujuan pribadi.
5.    Pola perilaku dalam kelompok seperti kesetiaan, ketaatan, dan sebagainya dipelajari berkaitan dengan hukum efek.
6.    Anggota kelompok mungkin mengalami tumpang tindih, tetapi sinergi total dalam kelompok seperti demikian tetap konstan sepanjang sinergi pemeliharaan pada masing-masing kelompok tetap pada tingkat yang sama saat menuju tujuan yang sama.
7.    Adanya kesejajaran yang erat antara sifat-sifat pribadi anggota kelompok dengan sifat-sifat sintalitas kelompok.
Demikian pendapat Cattel mengenai sintalitas kelompok yang mengandung dimensi kelompok dan dinamika sintalitas.

 BAB XII
KONFLIK

12.1 PENGERTIAN KONFLIK
Konflik adalah suatu situasi dimana dua orang atau lebih atau dua kelompok atau lebih tidak setuju terhadap hal-hal atau situasi-situasi yang berkaitan dengan keadaan, keadaan yang aantagonistis. Dengan kata lain, konflik akan timbul apabila terjadi aktivitas yang tidak memiliki kecocokan (incompatible). Aktivitas yang incompatible adalah apabila suatu aktivitas dihalangi atau diblok oleh aktivitas lain.

12.2 MACAM-MACAM KONFLIK
Konflik dapat bermacam-macam jenisnya, yaitu:
1.    Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik yang ada pada diri seseorang.
2.    Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal adalah konflik antarpribadi
3.    Konflik Intragroup
Konflik intragroup merupakan konflik yang ada dalam kelompok antara anggota satu dengan yang lain, sehingga kelompok dapat mengalami perpecahan.
4.    Konflik Intergroup
Konflik intergroup adalah konflik yang timbul antara jkelompok satu dengan kelompok lain dan dapat terjadi antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
5.    Konflik Antarorganisasi
Konflik antarorganisasi adalah konflik yang timbul antara organisasi satu dengan yang lain.
6.    Konflik Antarnegara
Konflik antarnegara adalah konflik yang timbul antara negara satu dengan negara lain.

12.3 KONFLIK DESTRUKTIF DAN KONSTRUKTIF
Konflik dapat bersifat destruktif, tetapi dapat pula bersifat konstruktif. Konflik destruktif timbul apabila seseorang atau anggota kelompok merasa tidak puas dengan hasil yang didapat dan arahnya dapat merusak.
Konflik yang bersifat konstrukstif dapat berdampak positif, antara lain: meningkatkan harga diri apabila konflik dapat dipecahkan dengan baik; kepercayaan yang lebih besar; meningkatkan harga diri kelompok; serta meningkatkan hubungan dalam kelompok, sehingga hubungan akan menjadi lebih erat.

12.4 KONFLIK DAN MASYARAKAT YANG PLURALISTIK
Dalam masyarakat yang plural, kiranya kesempatan munculnya konflik selalu ada. Adanya tujuan serta norma yang berbeda, bahkan kadang-kadang antagonistis, akan memudahkan timbulnya konflik antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya.

12.5 KONTEKS SOSIAL DALAM KONFLIK
Apabila dua individu mengalam konflik, sedangkan mereka merupakan anggota kelompok yang berbeda, maka konflik tidak hanya terbatas pada individu-individu. Konflik akan tertarik ke atas, sehingga konflik dialami pula oleh kelompok satu dengan yang lain atau organisasi satu dengan yang lain.

12.6 STRATEGI MENGHADAPI KONFLIK
Dalam menghadapi konflik, ada berbgai macam strategi yang dapat digunakan. Apabila terjadi konflik, maka ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan, yaitu: (a) mencapai kesepakatan (agreement) yang memuaskan kebutuhan dan tercapainya tujuan dan (b) memelihara hubungan yang pantas (appropriate) dengan orang atau pihak lain. Tujuan (goal) maupun hubungan (relationship) merupakan keadaan kontinum, dari yang tidak penting (low) sampai yang penting (high). Berdasarkan hal-hal di atas, ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi.
1.    Tujuan tinggi (sangat penting) dan hubungan dan tinggi.
2.    Hubungan tinggi (sangat penting), tetapi tujuan rendah (tidak penting)
3.    Tujuan sangat penting, hubungan tidak penting
4.    Tujuan dan hubungan keduanya moderat
5.    Tujuan tidak penting, demikian pula hubungan
BAB XIII
NEGOSIASI

13.1 PENGERTIAN NEGOSIASI
Negosiasi merupakan suatu ketrampilan, sehingga dapat dipelajari. Negosiasi adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai bagian dalam konflik, ingin mencapai kesepakatan, dan mencoba mencapai penyelesaian. Negosiasi bersifat distributif, yaitu apabila satu pihak memperoleh benefit dan pihak lain menerima, lalu mereka membuat konsensus. Kemudian, negosiasi dapat pula bersifat integratif, yaitu apabila kedua belah pihak bekerja sama untuk memperoleh solusi yang akan bermanfaat bagi keduanya.

13.2 INTERDEPENDENSI DALAM NEGOSIASI
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam negosiasi.
1.    Ada tiga interdependensi yang melekat dalam tiap negosiasi, yaitu: participation interdependence, outcome interdependence, dan information interdependence.
2.    Dalam setiap negosiasi, ada elemen kooperatif dan kompetitif.
3.    Selama negosiasi berlangsung, terbentuklah norma umum, yaitu norma timbal balik dan norma keadilan.
4.    Negosiasi mempunyai dimensi waktu, yaitu permulaan, tengah, dan akhir.
5.    Dalam negosiasi, pihak yang berselisih menghadapi dilema tujuan.

13.3 PENGELOLAAN KONFLIK
Dalam masalah konflik, ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengelola konflik, yaitu pelatihan keterampilan antarpribadi dan campur tangan pihak ketiga.
1.    Mengadakan Latihan Kerja Sama Antarpribadi atau Antarkelompok
Dalam kontak langsung dan mengadakan kerja sama antarpribadi atau antarkelompok, kita akan mempelajari beberapa keterampilan, antara lain:
a.    Mendengarkan secara aktif dan reflektif pihak lain
b.    Melatih dan menumbuhkan empati
c.    Menerima, memberi, dan menggunakan masukan yang konstruktif
d.    Dengan kontak secara langsung, masing-masing pihak dapat menyelami apa yang ada sebenarnya pada masing-masing pihak

2.    Campur Tangan Pihak Ketiga
Apabila pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok mengalami kesulitan dalam mengelola konflik di antara mereka, maka pilihan yang paling tepat ialah menghadirkan pihak ketiga. Ada beberapa strategi yang dapat ditempuh, yaitu:
a.    Keputusan pengadilan
b.    Melibatkan mediator atau penengah
c.    Pendamai
d.    Pencari fakta
Pada umumnya, dari semua pendekatan di atas, para ahli lebih menekankan pada mediator.

13.4 WIN-LOSE SOLUTION
Agar mencapai penyelesaian konflik yang memuaskan, selain harus melibatkan kedua belah pihak yang berkonflik, kita pun harus dapat memenuhi atau memuaskan keduanya. Demikianlah yang dimaksud win-win solution. Sebaliknya, kalau sifat kompetitif yang lebih dipentingkan, maka pemecahan masalah konflik hanya memenuhi kepentingan salah satu pihak dan disebut win-lose solution. Namun, konflik pun dapat berakhir kalah-kalah, sehingga tidak memenuhi keinginan satu pihak pun.
Dalm win-lose solution, faktor-faktor yang berperan adalah:
1.    Ada keyakinan bahwa dalam konflik ada yang kalah supaya yang lain menang.
2.    Pada keadaan yang demikian, umumnya seseorang atau suatu kelompok tidak dapat melihat hal-hal yang negatif pada pihaknya.
3.    Pada umunya, kejujuran dari pihak-pihak tertentu masih kurang.
4.    Ada perasaan ingin saling membalas satu dengan yang lain.
5.    Pada umumnya, mereka terlalu emosional.
6.    Ada anggapan bahwa pihak lainlah yang salah.

13.5 WIN-WIN SOLUTION
Dalam win-win solution, ada langkah-langkah yang perlu diambil, yaitu:
1.    Mengenali adanya masalah
2.    Menyadari posisi masing-masing pihak
3.    Mendiskusikan masalah dan kemungkinan penyelesaiannya
4.    Menyelesaikan masalah yang dapat diterima oleh kedua belah pihak
Berkaitan dengan hal-hal diatas, kita perlu mengingat atau memperhatikan:
1.    Apakah pemecahan masalah adil untuk kedua belah pihak?
2.    Apakah kedua belah pihak merasa puas dengan pemecahan masalahnya?
3.    Apakah hak dan kewajiban kedua belah pihak dapat benar-benar dimengerti atau dipahami?
Apabila kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dengan baik, maka pemecahan masalah sudah mencapai hasil yang sebaik-baiknya dan memuaskan kedua belah pihak.


(Bahan UAS mata kuliah KAP  disarikan dari Buku Dr. Bimo W)

No comments:

Post a Comment